Kamis, 25 Oktober 2012

Sejarah Google

kali ini gw akan posting tentang sejarah mesin pencari (search engine) GOOGLE,,gw yakin ga banyak orang tau tentang google,,nah sekarang gw akan posting tentang hal ini,artikel ini di tulis oleh jack febrian,,met bacaa..

 
Google tak hanya unik dari asal katanya. Google pun memiliki latar belakang sejarah yang unik. Google lahir dari sebuah pertemuan dua pemuda yang terjadi secara tidak sengaja pada tahun 1995 lalu. Larry Page, alumnus Universitas Michigan (24), yang sedang menikmati kunjungan akhir pekan, tanpa sengaja dipertemukan dengan Sergey Brin, salah seorang murid (23) yang mendapat tugas mengantar keliling Lary.
Dalam pertemuan tanpa sengaja tadi, dua pendiri Google tersebut sering terlibat diskusi panjang. Keduanya memiliki pendapat dan pandangan yang berbeda sehingga sering terlibat perdebatan. Namun, perbedaan pemikiran mereka justru menghasilkan sebuah pendekatan unik dalam menyelesaikan salah satu tantangan terbesar pada dunia komputer. Yakni, masalah bagaimana memperoleh kembali data dari set data masif.

Pada Januari 1996, Larry dan Sergey mulai melakukan kolaborasi dalam pembuatan search engine yang diberi nama BackRub. Setahun kemudian pendekatan unik mereka tentang analisis jaringan mengangkat reputasi BackRub. Kabar mengenai teknik baru mesin pencari langsung menyebar ke penjuru kampus.

Larry dan Sergey terus menyempurnakan teknologi Google sepanjang awal 1998. Keduanya juga mulai mencari investor untuk mengembangkan kecanggihan teknologi Google.
Gayung pun bersambut. Mereka mendapat suntikan dana dari teman kampus, Andy Bechtolsheim, yang merupakan pendiri Sun Microsystems. ”Kami bertemu dengan Andy pada pagi buta, di serambi asrama mahasiswa fakultas Stanford, di Palo Alto,” ujar Sergey. ”Kami memberikan demo secara singkat karena Andy tak memiliki waktu yang cukup lama. Lalu, dia hanya berkata, ‘Mengapa tidak aku tulis cek untuk kalian?”

Sebuah cek senilai 100 ribu dolar AS diberikan oleh Andy Bechtolsheim. Sayangnya, cek itu tertulis atas nama perusahaan Google. Padahal saat itu perusahaan bernama Google belum didirikan oleh Sergey dan Larry.

Investasi dari Andy menjadi sebuah dilema. Larry dan Sergey tak mungkin menyairkan cek selama belum ada lembaga legal yang bernama perusahaan Google. Karena itu, dua pendiri Google ini kembali bekerja keras dalam mencari investasi. Mereka mencari pendana dari kalangan keluarga, teman, dan sejawat hingga akhirnya terkumpul dana sekitar 1juta dolar. Dan akhirnya, perusahaan Google pun dapat didirikan pada 7 Septembar 1998 dan dibuka secara resmi di Menlo Park, California.

Polimerisasi Kondensasi

Ini adalah laporan gw tentang kimia polimer,,buat kalian yang mau baca silahkan,,free… untuk kemajuan ilmu pengetahuan,,tapi inget gw bukan professor,,so masih banyak salah sana sini,tolong di cek kembali y..

POLIMERISASI KONDENSASI

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Polimer adalah suatu molekul besar yang terbangun oleh susunan unit ulangan kimia yang kecil, sederhana dan terikat oleh ikatan kovalen. Unit ulangan ini biasanya setara atau hampir setara dengan monomer yaitu bahan awal dari polimer. Polimer ini terbagi atas 2 jenis menurut asalnya, yaitu polimer alam dan polimer sintetik. Polimer sintetis yang Pertama kali yang dikenal adalah bakelit yaitu hasil kondensasi fenol dengan formaldehida, yang ditemukan oleh kimiawan kelahiran Belgia Leo Baekeland pada tahun 1907.
Berdasarkan jenis monomernya, polimer dibedakan atas homopolimer dan kopolimer. Homopolimer merupakan polimer yang terdiri dari hanya 1 macam monomer, sedangkan kopolimer merupakan polimer yang terdiri atas dua atau lebih monomer penyusunnya.

Polimer-polimer ini terbentuk melalui suatu proses yang dinamakan polimerisasi Proses polimerisasi ini dibagi menjadi 2 jenis, yaitu polimerisasi kondensasi, polimerisasi adisi. Pada polimerisasi adisi, monomer-monomer yang mengandung ikatan rangkap dua saling bergabung, satu monomer masuk ke monomer yang lain, membentuk rantai panjang. Produk yang dihasilkan dari reaksi polimerisasi adisi mengandung semua atom dari monomer awal.

Polimerisasi kondensasi adalah pembentukan polimer dari monomer-monomernya dengan menghasilkan molekul H2O. Di dalam jenis reaksi polimerisasi yang kedua ini, monomer-monomer bereaksi secara adisi untuk membentuk rantai. Namun demikian, setiap ikatan baru yang dibentuk akan bersamaan dengan dihasilkannya suatu molekul kecil – biasanya air – dari atom-atom monomer. Pada reaksi semacam ini, tiap monomer harus mempunyai dua gugus fungsional sehingga dapat menambahkan pada tiap ujung ke unit lainnya dari rantai tersebut.

Tujuan Praktikum
Membuat polimer melalui proses polimerisasi kondensasi serta menguji kelarutan, penyabunan, dan uji bau dari polimer yang terbentuk agar dapat diketahui sifat-sifat dari polimer yang terbentuk.

TINJAUAN PUSTAKA
Suatu molekul raksasa (makromolekul) yang terbentuk dari susunan ulang molekul kecil yang terikat melalui ikatan kimia disebut polimer (poly = banyak; mer = bagian). Suatu polimer akan terbentuk bila seratus atau seribu unit molekul yang kecil yang disebut monomer, saling berikatan dalam suatu rantai. Jenis-jenis monomer yang saling berikatan membentuk suatu polimer terkadang sama atau berbeda (Hart 2003).

Berdasarkan asalnya, polimer dibedakan atas polimer alam dan polimer buatan. Polimer alam telah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu, seperti amilum, selulosa, kapas, karet, wol, dan sutra. Polimer buatan dapat berupa polimer regenerasi dan polimer sintetis. Polimer regenerasi adalah polimer alam yang dimodifikasi. Contohnya rayon, yaitu serat sintetis yang dibuat dari kayu (selulosa). Polimer sintetis adalah polimer yang dibuat dari molekul sederhana (monomer) dalam pabrik (Malcolm 2001).

Plastik adalah salah satu bentuk polimer yang sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa plastik memiliki sifat-sifat khusus, antara lain lebih mudah larut pada pelarut yang sesuai, pada suhu tinggi akan lunak, tetapi akan mengeras kembali jika didinginkan dan struktur molekulnya linier atau bercabang tanpa ikatan silang antar rantai. Proses melunak dan mengeras ini dapat terjadi berulang kali. Sifat ini dijelaskan sebagai sifat termoplastik.

Bahan-bahan yang bersifat termoplastik mudah untuk diolah kembali karena setiap kali dipanaskan, bahan-bahan tersebut dapat dituangkan ke dalam cetakan yang berbeda untuk membuat produk plastik yang baru. Polietilen (PE) dan polivinilklorida (PVC) merupakan contoh jenis polimer ini.
Sedangkan beberapa plastik lainnya mempunyai sifat-sifat tidak dapat larut dalam pelarut apapun, tidak meleleh jika dipanaskan, lebih tahan terhadap asam dan basa, jika dipanaskan akan rusak dan tidak dapat kembali seperti semula dan struktur molekulnya mempunyai ikatan silang antar rantai. Polimer seperti ini disusun secara permanen dalam bentuk pertama kali mereka dicetak, disebut polimer termosetting.

Plastik-plastik termosetting biasanya bersifat keras karena mereka mempunyai ikatan-ikatan silang. Plastik termoset menjadi lebih keras ketika dipanaskan karena panas itu menyebabkan ikatan-ikatan silang lebih mudah terbentuk. Bakelit, poli(melanin formaldehida) dan poli (urea formaldehida) adalah contoh polimer ini. Sekalipun polimer-polimer termoseting lebih sulit untuk dipakai ulang daripada termoplastik, namunp olimer tersebut lebih tahan lama. Polimer ini banyak digunakan untuk membuat alat-alat rumah tangga yang tahan panas seperti cangkir (Malcolm 2001).

Berdasarkan jenis monomernya, polimer dibedakan atas homopolimer dan kopolimer. Homopolimer merupakan polimer yang terdiri dari satu macam monomer, dengan struktur polimer. . . – A – A – A – A – A – A –. . . Salah satu contoh pembentukan homopolimer dari polivinil klorida. Kopolimer merupakan polimer yang tersusun dari dua macam atau lebih monomer (Bruice et al 1995)

Dua jenis utama dari reaksi polimerisasi adalah polimerisasi adisi dan polimerisasi kondensasi. Jenis reaksi yang monomernya mengalami perubahan reaksi tergantung pada strukturnya. Suatu polimer adisi memiliki atom yang sama seperti monomer dalam unit ulangnya, sedangkan polimer kondensasi mengandung atom-atom yang lebih sedikit karena terbentuknya produk sampingan selama berlangsungnya proses polimerisasi (Hart 2003).

Polimerisasi adisi adalah polimer yang terbentuk dari reaksi polimerisasi disertai
dengan pemutusan ikatan rangkap diikuti oleh adisi dari monomer-monomernya yang membentuk ikatan tunggal. Dalam reaksi ini tidak disertai terbentuknya molekul-molekul kecil seperti H2O atau NH3 (Bruice et al 1995).

Polimer kondensasi terjadi dari reaksi antara gugus fungsi pada monomer yang sama atau monomer yang berbeda. Dalam polimerisasi kondensasi kadang-kadang disertai dengan terbentuknya molekul kecil seperti H2O, NH3, atau HCl. Di dalam jenis reaksi polimerisasi yang kedua ini, monomer-monomer bereaksi secara adisi untuk membentuk rantai. Namun demikian, setiap ikatan baru yang dibentuk akan bersamaan dengan dihasilkannya suatu molekul kecil (biasanya air) dari atom-atom monomer. Pada reaksi semacam ini, tiap monomer harus mempunyai dua gugus fungsional sehingga dapat menambahkan pada tiap ujung ke unit lainnya dari rantai tersebut. Jenis reaksi polimerisasi ini disebut reaksi kondensasi (Bruice et al 1995).

METODE PERCOBAAN

Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan pada hari Rabu  tanggal 25 Maret 2009 pukul 13.30 – 16.30 WIB yang bertempat di Laboratorium Kimia Organik Departemen Kimia FMIPA Institut Pertanian Bogor.

Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah kertas pH, labu bulat, pendingin, termometer 300°C, Gelas piala 100mL, lumpang, dan tabung reaksi. Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah gliserol, anhidrida asam asetat, NaOH, KHSO4, minyak tanah, n-heksana, toluena, aquadest, aseton, dan bensin.
Prosedur Percobaan
Proses pembuatan polimer diawali dengan mencampurkan 2 gram gliserol dan 3 gram anhidrida asam ftalat pada gelas piala 100Ml, setelah itu diaduk. Campuran gliserol dan anhidrida asam ftalat tersebut dipanaskan perlahan hingga suhu 150-175°C dengan menggunakan pemanas listrik. Penutupan terhadap gelas piala bertujuan untuk mencegah terjadinya dekomposisi dan kehangusan pada campuran tersebut. Setelah suhu mencapai 150-175°C, tutup dibuka agar air yang terbentuk menguap, dan pemanasan dilanjutkan hingga suhu 200-250°C hingga didapatkan hasil akhir berupa gumpalan dengan volume besar. Setelah didapatkan hasil tersebut, polimer yang terbentuk dituangkan ke lumpang untuk dihaluskan setelah didinginkan. Pembuatan diulangi dengan menggunakan 2 gram gliserol dan 4 gram anhidrida asam ftalat.
Perbandingan
Uji kelarutan
Uji Bau
Uji penyabunan
gliserol : anhidrida
aseton
minyak tanah
air
toluena
n-heksana
indikator PP
Kertas lakmus
asam ftalat
2 : 2
sedikit larut
tidak larut
tidak larut
tidak larut
tidak larut
bau hangus
merah muda
biru
2 : 4
sedikit larut
tidak larut
tidak larut
tidak larut
tidak larut
bau hangus
merah muda
biru
Polimer yang didapatkan diuji dengan 2 cara yaitu uji kelarutan dan uji penyabunan. Uji kelarutan dilakukan dengan cara melarutkan 0,2 gram polimer dengan 4-5Ml pelarut kemudian dibandingkan kelarutannya dalam pelarut-pelarut tersebut. Uji penyabunan dilakukan dengan cara memasukkan 1 gram polimer, batu didih dan 5Ml NaOH 10% ke dalam labu bulat, setelah itu dilakukan pemanasan dengan pendingin tegak hingga proses penyabunan sempurna. Setelah itu uji dengan menggunakan indikator PP dan kertas lakmus. Setelah itu hasil penyabunan diuji dengan asetil klorida dan diuji baunya dengan menambahkan KHSO4 didalamnya serta dipanaskan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan
Tabel 1 Hasil pengamatan uji kelarutan, uji bau, dan uji penyabunan

Pembahasan
Polimerisasi kondensasi merupakan suatu proses pembentukan suatu polimer dari monomer-monomernya dengan menghasilkan air. Pada percobaan ini akan dibandingkan polimer dengan perbandingan penyusun yang berbeda, polimer yang pertama terdiri dari gliserol : anhidrida asam ftalat 2 :2 dan yang kedua dengan pereaksi yang sama dengan perbandingan 2 : 4.

Proses polimerisasi kondensasi ini menghasilkan polimer berbentuk gumpalan dengan volume yang besar dan struktur yang keras dan berwarna kuning transparan. Pemanasan pada percobaan ini bertujuan untuk menghilangkan molekul air yang terbentuk dari akibat reaksi kondensasi ini. Pengaruh penambahan anhidrida asam ftalat yang lebih banyak pada polimer kedua ini adalah pada kepolaran dari polimer ini. Semakin banyak anhidrida asam ftalat pada struktur penyusunnya maka polimer akan semakin bersifat polar dan sifat kepolaran ini juga berhubungan dengan kelarutan polimer pada beberapa pelarut.
Polimerisasi kondensasi ini juga terjadi pada proses pembuatan nylon-6,6 dengan reaksi sebagai berikut :



Pada reaksi diatas poli(heksametilen adipamida) yang menunjukkan poliamidasi heksametilendiamin (disebut juga 1,6-heksan diamin) dengan asam adipat. Contoh lain dari reaksi polimerisasi kondensasi adalah bakelit yang bersifat keras, dan dracon, yang digunakan sebagai serat pakaian dan karpet, pendukung pada tape – audio dan tape – video, dan kantong plastik. Monomer yang dapat mengalami reaksi polimerisasi secara kondensasi adalah monomer-monomer yang mempunyai gugus fungsi, seperti gugus –OH; -COOH; dan NH3.

Kelarutan dari polimer-polimer yang terbentuk terhadap pelarut dapat dilihat pada tabel 1. Pada tabel 1 dapat diketahui bahwa polimer-polimer hasil dari polimerisasi kondensasi ini hanya sedikit larut pada pelarut aseton, sedangkan tidak samasekali larut pada pelarut yang lain. Hal ini membuktikan bahwa sifat dari polimer yang terbentuk adalah sedikit polar sehingga polimer tersebut dapat larut pada pelarut yang bersifat sedikit polar seperti aseton. Sedangkan pada pelarut polar seperti air polimer ini tidak dapat larut. Selain itu pada pelarut yang nonpolar seperti n-heksan, minyak tanah dan toluena pun polimer ini tidak larut.

Hasil dari proses uji penyabunan menunjukkan bahwa polimer ini dapat disabunkan dengan menggunakan basa. Pada hasil dapat terlihat setelah proses penyabunan setelah di uji dengan kertas lakmus, lakmus merah tersebut berubah warna menjadi warna biru, dan diuji dengan menggunakan indikator PP juga menghasilkan warna merah muda. Hal ini membuktikan bahwa telah terjadi reaksi penyabunan pada senyawa polimer ini, sehingga menyebabkan indikator yang dipakai menghasilkan warna yang menunjukkan bahwa larutan hasil penyabunan tersebut bersifat basa. Pada Uji bau didapatkan hasil bau dari polimer tersebut setelah penambahan KHSO4 adalah tercium bau hangus.

SIMPULAN

Pada percobaan ini telah didapatkan hasil berupa polimer dari proses polimerisasi kondensasi yang berupa gumpalan padat yang keras dan berwarna kuning transparan. Setelah diuji kelarutannya dapat diketahui senyawa polimer ini bersifat sedikit polar karena hanya larut pada pelarut aseton yang bersifat sedikit polar.

DAFTAR PUSTAKA
Hart, Harold. 2003. Kimia Organik, Suatu Kuliah Singkat. Jakarta : Erlangga.
Malcolm, P.S., 2001. Polymer Chemistry : An Introduction, diindonesiakan oleh Lis Sopyan, cetakan pertama, PT Pradnya Paramita : Jakarta.
Bruice, Paula Yurkanis. 1995. Organic Chemistry. London: Prentice-Hall, Inc.

Sekilas Tentang Telur

Tahukah Anda tentang telur??

apa manfaatnya?? gizi apa yang terkandung didalamnya??
kali ini gw akan membahas tentang telur,,semoga berguna untuk kalian yang membacanya >>

Telur

Telur adalah zigot yang dihasilkan melalui fertilisasi sel telur dan berfungsi memelihara dan menjaga embrio. Telur-telur reptilia dan burung diselimuti kerak pelindung, yang memiliki lubang yang sangat kecil agar hewan yang belum lahir tersebut dapat bernapas. Sebenarnya hampir semua jenis telur dapat dimakan tetapi hanya beberapa jenis telur saja yang lazim dimakan, baik sebagai lauk pauk maupun sebagai obat. Telur yang biasa dikonsumsi antara lain telur yang berasal dari unggas seperti ayam, bebek, angsa dan beberapa jenis burung seperti burung unta dan burung puyuh. Sebagai bahan makanan telur mempunyai kandungan gizi yang cukup lengkap, meliputi karbohidrat, protein dan delapan macam asam amino sehingga berguna bagi tubuh, terutama bagi anak-anak yang masih berada dalam masa pertumbuhan (Anonim 2009).
Telur merupakan bahan makanan yang sangat akrab dengan kehidupan kita sehari-hari. Telur sebagai sumber protein mempunyai banyak keunggulan antara lain, kandungan asam amino paling lengkap dibandingkan bahan makanan lain seperti ikan, daging, ayam, tahu, tempe, dan lain-lain. Telur mempunyai citarasa yang enak sehingga digemari oleh banyak orang. Telur juga berfungsi dalam aneka ragam pengolahan bahan makanan. Selain itu, telur termasuk bahan makanan sumber protein yang relatif murah dan mudah ditemukan. Hampir semua orang membutuhkan telur (Mietha 2008).
Berikut ini adalah kandungan gizi yang terdapat dalam telur
Tabel 1 Kandungan Gizi Telur
Zat gizi                  Telur ayam      Telur bebek           Telur penyu
Kalori (kcal)                162                     189                              144
Protein (gr)                  12,8                    13,1                              12
Lemak (gr)                    11,5                   14,3                               10
Karbohidrat (gr)          0,7                   0,8                                 0
Vitamin A (SI)             900                  1230                             600
Thiamin (mg)              0,10                  0,18                              0,11
Vitamin C                         0                          0                                   0
Selain mengandung banyak kebaikan telur juga memiliki sisi buruk. Karena selain kandung lemak yang cukup tinggi, telur juga mengandung kolesterol dalam jumlah yang lumayan banyak dibandingkan bahan makanan lain. Kandungan kolesterol di dalam 100 gram telur adalah sekitar 424 mg. sedangkan konsumsi kolesterol yang dianjurkan kurang dari 300 mg perhari. Jadi, mengkonsumsi telur sebaiknya cukup sekitar 2 butir per minggu. Selang-selingi lauk hewani dengan bahan makanan lain untuk meningkatkan variasi makanan. Sesuai dengan pesan dari pedoman umum gizi seimbang (PUGS) yaitu makanlah bervariasi makanan, karena tidak ada satu jenis makanan yang mempunyai kandungan gizi lengkap (Mietha 2008).
Tidak sedikit orang yang sedemikian percaya bahwa mengonsumsi telur mentah atau telur setengah matang bisa meningkatkan stamina mereka. Anggapan mereka, telur mentah lebih fresh sehingga amat baik untuk dikonsumsi. Karena dalam kondisi mentah maupun setengah matang, ikatan proteinnya masih begitu kuat. Tubuh sulit memecahnya menjadi asam amino sehingga proses untuk mencernanya pun berlangsung amat lambat. Makanya telur mentah mampu membuat yang bersangkutan merasa kenyang lebih lama. Boleh jadi berawal dari sinilah muncul mitos bahwa mengonsumsi telur membuat seseorang merasa lebih kuat beraktivitas, termasuk berolahraga (Arby 2008).
Kebiasaan menambahkan madu ternyata memang membantu proses pencernaan. Madu mampu membantu telur agar bisa dicerna lebih baik oleh tubuh. Akan tetapi orangtua tetap harus memerhatikan masalah keamanan pangan. Apalagi saat ini banyak penyakit yang timbul akibat bahan makanan yang tidak dimasak hingga matang, dari tifus sampai flu burung. Ingat, bakteri yang mungkin ada dalam telur mentah bisa saja masuk ke tubuh dan menyebabkan si kecil jatuh sakit. Terlebih jika daya tahan tubuhnya sedang buruk(Arby 2008).
Mutu telur juga bisa diukur dengan Haugh Unit, yaitu pengukuran tinggi putih telur kental dan berat telur. Telur yang segar mempunyai Haugh Unit :100, telur yang baik : 72 dan telur yang rusak kurang dari 50. Indeks kuning telur dan Indeks putih telur juga dapat menetukan mutu telur. Indeks kuning telur (Ikt) merupakan perbandingan tinggi kuning telur dengan diameternya yang diukur setelah dipisahkan dari telurnya. Nilai Ikt normal adalah 0,33-0,50. Rata-rata telur mempunyai Ikt 0,42. Makin lama telur disimpan, nilai Ikt makin kecil akibat migrasi air. Sedangkan indeks putih telur (Ipt) adalah perbandingan tinggi telur kental dengan rata-rata diameter panjang dan pendeknya. Nilai Ipt telur segar adalah 0,050-0,174. Rata-rata telur mempunyai Ipt 0,090-0,120. Makin lama telur disimpan, Ipt makin kecil akibat degradasi ovomucin yang dipercepat pada kenaikan pH.


Telur Bebek

Dalam telur bebek khususnya, protein lebih banyak terdapat pada bagian kuning telur, 17 persen, sedangkan bagian putihnya 11 persen. Protein telur terdiri dari ovalbumin (putih telur) dan ovavitelin (kuning telur). Protein telur mengandung semua asam amino esensial yang dibutuhkan tubuh untuk hidup sehat.Pada suatu penelitian dengan menggunakan tikus percobaan, diketahui bahwa telur mempunyai nilai kegunaan protein (net protein utilization) 100 persen, bandingkan dengan daging ayam (80%) dan susu (75%). Berarti jumlah dan komposisi asam aminonya sangat lengkap dan berimbang, sehingga hampir seluruh bagiannya dapat digunakan untuk pertumbuhan maupun penggantian sel-sel yang rusak (Anonim 2008).
Hampir semua lemak dalam sebutir telur bebek terdapat pada bagian kuningnya, mencapai 35 persen, sedangkan di bagian putihnya tidak ada sama sekali. Lemak pada telur terdiri dari trigliserida (lemak netral), fosfolipida (umumnya berupa lesitin), dan kolesterol. Fungsi trigliserida dan fosfolipida bagi tubuh adalah sebagai sumber energi, satu gram lemak menghasilkan 9 kilokalori energi. Lemak dalam telur berbentuk emulsi (bergabung dengan air), sehingga menjadi lebih mudah dicerna, baik oleh bayi, anak-anak, maupun golongan lanjut usia (Anonim 2008).


Telur Puyuh

Burung puyuh terkenal dengan telurnya yang berukuran kecil. Telur puyuh mempunyai nilai kandungan gizi yang tinggi, tidak kalah dengan ternak unggas lainnya. Selain itu rasa nya juga lezat dan dapa disajikan dalam aneka bentuk dan rasa. Bahkan telur puyuh dipercaya memberi kekuatan sehingga sering digunakan sebagai obat kuat dan campuran untuk minim jamu atau anggur. Dilihat dari kandungan protein dan lemaknnya dapat dikatakan telur puyuh lebih baik dibandingkan telur unggas lainnya. Sebab telur puyuh mengandung protein yang tinggi tetapi kadar lemaknya rendah (Listyawati 2001).
Tubuh tidak dapat mensintesis sendiri lutein dan zeaksantin yang dibutuhkan tubuh.Karena itu peran makanan yang kaya akan lutein dan zeaksantin sangat mutlak diperlukan. Dalam hal ini termasuk telur burung puyuh. Lutein dan zeaksantin tidak hanya diperlukan oleh anak-anak yang berusia dini, tetapi juga bagi orang dewasa. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa konsumsi minimal 30 mg lutein setiap hari dapat memperlambat proses penuaan hingga 40%. Tubuh pun terlihat awet muda, terutama yang berhubungan dengan kesehatan mata. Beberapa penelitian menunjukkan, lutein dan zeaksantin juga baik untuk mereduksi resiko penyakit kanker dan tumor (Yatick 2009).
Konsumsi lutein dan zeaksantin juga dapat berfungsi sebagai antioksidan karena kemampuannya untuk mencegah kerusakan DNA. Penelitian yang dilakukan oleh Nishino dan kawan-kawan juga menunjukkan, tikus percobaan yang diberi konsumsi zeaksantin dapat mengurangi resiko terbentuknya tumor hingg 4x lipat dibandingkan dengan tikus yang tidak diberi konsumsi zeaksantin(Yatick 2009).
Telur sumber protein terbaik sekaligus termurah. Namun, masih banyak yang perlu Anda ketahui tentang telur. Telur termasuk makanan paling populer, rasanya tak ada orang yang tak kenal bahan makanan kaya protein ini.
Di Indonesia sendiri telur ayam masih dibagi 2 bagian, yaitu telur ayam negeri dan telur ayam kampung. Telur ayam kampung memiliki ukuran lebih kecil, tetapi warna kuningnya lebih cerah.
Telur ayam kampung yang asli mempunyai kelebihan dibandingkan telur ayam yang lain. Selain sumber kalori dan protein hewani yang cukup baik (mudah diserap usus dalam jumlah yang banyak) dapat dipakai sebagai campuran minuman jamu yang diyakini dapat memberikan kesegaran pada tubuh. Dengan demikian tubuh tidak mudah kena penyakit. Per 100 gram telur ayam kampung mengandung 174 kalori, 10,8 gram protein, 4,9 mg zat besi dan 61,5 g retinol (vitamin A). Untuk meningkatkan khasiatnya dalam mengkonsumsi tekur ayam kampung dapat ditambahkan madu asli (untuk menambah energi). Fungsi Telur Ayam Kampung Untuk Kesehatan
• Dapat menyembuhkan penyakit jantung koroner, kencing manis, maag atau usus besar
• Selain mengandung sumber energi juga mengandung sumber protein yang cukup. Energi yang dipakai untuk mengganti energi yang digunakan aktifitas dan berfikir sedangkan proteinnya diperlukan untuk mengganti bagian organ yang rusak.
• Mempunyai kandungan kolesterol (pada kuning telur) cukup tinggi. Bagi yang mempunyai hipertensi atau hiperkolesterolemia (kandungan kolesterol dalam darah yang tinggi) harus hati – hati mengatur konsumsinya.
• Membantu mengatasi kelelahan dan kecapaian tubuh, namun tidak dapat mengatasi seluruhnya karena badan masih membutuhkan waktu untuk mengistirahatkan organ tubuh.


dikutip dari :
Anonim. 2009. Telur. [terhubung berkala]. http://id.wikipedia.org/wiki/Telur (14 Juni 2009)
Anonim. 2008. Nilai Gizi Pada Telur Bebek. [terhubung berkala]. http://www.resep.web.id/tips/nilai-gizi-pada-telur-bebek.htm .(14 Juni 2009).
Mietha. 2008. Kandungan Gizi Telur. [terhubung berkala]. http: //mietha. wordpress.com/2008/11/26/telur-makanan-berlimpah-gizi/ (14 Juni 2009)
Arby. 2008. Mitos dan Fakta tentang Telur. [terhubung berkala]. http://yatick.com/home/index.php?option=com_content&view=article&id=52%3Atelur-puyuh&catid=1%3Alatest-news&Itemid=50&limitstart=1/ Mitos_dan_Fakta_tentang_Telur.pdf
Listiyawati , Elly . 2001. Puyuh Tata Laksana Budi daya secara komersial. Jakarta: Swadaya
Yatick. 2009. Telur Puyuh Baik Untuk semua. [terhubung berkala]. http://yatick.com/home/index.php?option=com_content&view=article&id=52%3Atelur-puyuh&catid=1%3Alatest-news&Itemid=50&limitstart=1

Terjemahan Jurnal: Pengaruh Deterjen pada Potensi Inhibitor Dua Bentuk Isoform Siklo-oksigenase

PENDAHULUAN
Coxs (siklo-oksigenase) mengkatalisis reaksi oksigenasi dari asam arakhidonat menjadi PG (prostaglandin) pada reaksi oksigenase G2 dan reaksi reduksi menjadi PGH2 dalam reaksi peroksidasi. PGH2 adalah prekursor yang umum untuk PGS, tromboksan dan prostasiklin, reaksi ini dapat dikatalisis oleh sel spesifik PG isomerase. Hal yang menarik perhatian ilmuwan pada penelitian Cox yaitu telah ditemukan bentuk kedua yang dinamakan Cox-2 yang diinduksi pada jaringan tertentu oleh sejumlah rangsangan dan sebuah peranan penting pada inflamasi, sakit, dan demam. Obat anti inflamasi- non steroidal ( NSAIDs) digunakan untuk pengobatan inflamasi dan demam yang akan memberikan efek menghambat pada siklooksigenase, mekanismenya berdasarkan pada penghambatan mereka terhadap biosintesis PG enzim Cox yang mempunyai peranan utama dalam menyediakan prekursor PG untuk regulasi homeostatis. Fungsi penting dari Cox-1 yaitu perananya dalam penyediaan prekursor biosintesis tromboksan (Saqib dan Karigan 2009). Indometasin dan flurbiprofen yang digunakan untuk mengurangi rasa sakit, inflamasi dan demam, inhibitor Cox-1 dan Cox-2 mempunyai potensi yang sama. Penghambatan yang ditimbulkan Cox-1 akan menyebabkan efek samping yang berhubungan dengan lambung. Inhibitor selektif Cox-2 yang baru mempunyai aktivitas anti inflamasi yang hampir sama dengan inhibitor Cox non selektif.
Pencarian inhibitor Cox-2 selektif melibatkan sejumlah campuran dari Cox-1 dan Cox-2. Pada umumnya mikrosomal atau enzim yang murni diberi perlakuan. Nilai IC50 yang diperoleh sering berbeda hasilnya dengan laboratorium. Potensi inhibitor pada pengujian keseluruhan sel Cox umumnya > 10-fold lebih tinggi daripada sistem isolasi enzim, sejumlah faktor yang dapat mempengaruhi potensi penghambatan NSAID telah diidentifikasi, termasuk juga konsentrasi peroksida, identitas bahan reduksi co-substrat, konsentrasi substrat, dan lama preinkubasi antara enzim dan inhibitor.
Aktivitas enzim Cox terisolasi telah diukur secara langsung oleh formasi PG lewat uji immuno atau HPLC dengan suatu substrat radiolabel atau dengan pengambilan oksigen. Teknik yang biasa digunakan untuk suatu jenis high-throughput yaitu mengikuti oksidasi co-substrat sepanjang reaksi peroksidasi ( reduksi dari PGG2 menjadi PGH2) menggunakan suatu bahan reduksi fluorogenik atau kromogenik. Walaupun metode ini bukan metode langsung, oksidasi peroksidase co-substrat TMPD (N,N,N’,N’-tetrametil-p-fenilendiamina) untuk membentuk suatu campuran biru (E610 14000 M-1′ cm-1) telah menunjukkan secara teliti tingkat konversi dari asam arakhidonat menjadi PGH2.
Penggabungan uji kolorimetri untuk TMPD menggunakan Cox murni, yang ditempatkan pada 96 plat dan suatu larutan penyangga yang berisi Tween-20. Uji ini mengikuti uji pengubahan deterjen menjadi genapol X-100. Terdapat perbedaan besar dalam pengujian menggunakan Cox-2 yaitu keakuratanya lebih besar dengan penghambat dibandingkan dengan uji yang lainnya. Perbedaan potensi inhibitor Cox-2 diteliti dengan kehadiran genapol, walaupun pada penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa hal ini bukan fenomena genapol-spesifik.
Penelitian ini menguraikan bahwa kehadiran deterjen atau fosfolipid dapat mengubah kepekaan penghambat pada Cox-1 dan Cox-2 murni. Sumber dari efek ini adalah banyak inhibitor seperti membentuk suatu interaksi monomer deterjen dengan protein Cox yang mengakibatkan beberapa perubahan di dalam tetapan kinetik untuk pengikatan inhibitor sehingga potensi akan meningkat. Hilangnya potensi diamati pada sekat inhibitor tersebut ke dalam misel deterjen.
METODE PENELITIAN
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah asam arakhidonat (peroksida bebas), ibuprofen, indometasin, naproksen, ovine Cox-1, asam meklofenamat, asam niflumat, asam flufenamat, ketoprofen, karprofen, isoksisam, piroksisam, zomepiraks, TMPD, asam arakhidonat (dengan 14C), RS-ibuprofen, genapol X-100 , Triton X-100 dan Tween-20. Semua inhibitor yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Departemen kimia di Merck Frosst Kanada. Rekombinan manusia untuk Cox-1 dan Cox-2 dinyatakan dalam sel Sf9 dan telah dimurnikan.
Uji spektrofotometri Coxs
Aktivitas enzim dari pemurnian Coxs diukur menggunakan uji kromogenik berdasarkan pada reaksi oksidasi TMPD sepanjang reduksi PGG2 menjadi PGH2 yang diletakkan pada 96 plat. Pengujian campuran yang mengandung 100 mM Na3PO4, pada pH 6.5, 1 µM haematin, dan 1 mg/ml agar-agar dibuat dalam volume 180 µl. Cox-1 40 nM dan Cox-2 20 nM dimurnikan. Pengujian juga dilakukan pada deterjen genapol X-100 pada konsentrasi akhir 2 mM. Pengujian keberadaan genapol, asam arakhidonat dan larutan TMPD dengan disiapkan dalam 50% larutan etanol. Campuran diinkubasi awal pada suhu-kamar (22° C) dengan tes senyawa dalam pelarut DMSO 4 µ l selama 15 menit sebelum inisiasi dari reaksi enzimatik dengan penambahan 20 µl asam arakhidonat 1 mM dan 1 mM TMPD di dalam larutan penyangga (tanpa enzim atau haematin).
Reaksi diaktifkan oleh penambahan enzim sebanyak 180 µl ke asam arakhidonat/TMPD 20 µl dan inhibitor 4 µl. Aktivitas enzim diukur dengan kecepatan alir dari oksidasi TMPD yang pertama yaitu 36 detik dan diikuti peningkatan absorbansi pada panjang gelombang 610 nm. Percobaan dikendalikan dengan menggunakan H2O2 0.4 mM sebagai substrat yang menunjukkan bahwa inhibitor tidak mempengaruhi aktivitas peroksidase dari Cox-2. Laju oksidasi non-enzimatik diamati untuk mengetahui ketidakhadiran Coxs dan dikurangi sebelum perhitungan persentase inhibitor. Nilai-nilai IC50 diperoleh dari mengepas data itu pada suatu empat parameter model logistikal grafik terhadap persentase inhibitor atau interpolasi data dengan menggunakan perangkat lunak Kaleidagraf. Semua nilai IC50 dilaporkan sebagai hasil rata-rata percobaan yang dilakukan sebanyak dua kali. Kinetika konstan untuk penghambat Cox-2 oleh ketoprofen, indometasin dan biaril. Uji spektrofotometri menunjukkan ada atau tidak genapol 2 mM. Reaksi diaktifkan dengan enzim atau inhibitor dan Cox-2 yang diinkubasi selama 5 menit sampai 15 menit dan reaksi diaktifkan dengan substrat. Pengamatan pertama yaitu laju kinetika dengan orde pertama. Aktivitas masing-masing konsentrasi inhibitor dimasukkan ke persamaan y=a+b*exp(−kobs*t) menggunakan perangkat lunak Kaleidagraf.
Uji asam arakhidonat dengan HPLC
Pengujian yang dilakukan hampir sama dengan pengujian TMPD. Preparasi dilakukan dengan menggunakan asam arakhidonat (0.005 µCi) sebagai substrat, konsentrasi akhir enzim sekitar 250 nM diletakkan dalam 96 plat yang diperoleh dari Nunc dan volume pengujian 50 µl. Setelah 1 menit reaksi dihentikan dengan penambahan 5 µl HCl 1 M dan 50 µl asetonitril. Substrat sebanyak 50 µl diinjeksikkan ke dalam kolom HPLC Nova-Pak C18 (3.9 mm × 150 mm) dengan eluen asetonitril:air:asam asetat dengan perbandingan 85:15:0.1 dan laju alir 2 ml/min. Metabolit asam arakhidonat dielusi selama 0.6-1.1 menit dan asam arakhidonat dielusi selama 2.2-2.6 menit dengan menggunakan detektor Packard Flo-one Radiochromatography.
Penentuan penghambat misel genapol
Pereaksi K3PO4 20 mM, KCl 200 mM, dan genapol X-100 2 mM direaksikan pada pH 6.5 dengan laju alir 2 ml/menit. Inhibitor diinjeksikan sebanyak 100 µl ke dalam fase geraknya dan dideteksi dengan detektor radiokromatografi. Elusi dengan aseton sebanyak 6.30 ml. Selanjutnya dilakukan pengujian dengan ultrafiltrasi. Larutan sebanyak 500 µl yang mengandung 10 µM ketoprofen dan indometasin disiapkan dalam 100 mM Na3PO4, pada pH 6.5, berisi 0-2 mM genapol dan disentrifugasi dengan ultrafiltrasi jenis Mikrokon-30. Sebanyak 100 µl aliquot dan retentat diukur konsentrasi inhibitornya menggunakan HPLC dengan kolom Nova-Pak C (3.9 mm × 150 mm) dan dengan eluen asetonitril:air:asam asetat dengan perbandingan 60:40:0.1 pada laju alir 2 ml/menit. Ketoprofen dan indometasin dielusi selama 0.97 dan 1.38 menit secara berturut-turut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengenalan misel lingkungan berhubungan dengan potensi penyekatan dari suatu substrat, enzim atau inhibitor ke dalam misel, seperti halnya kemampuan untuk melakukan interaksi spesifik dari monomer detergen dengan masing-masing komponen. Konsentrasi sub-CMC dari Tween-20 dengan mantap dapat mengurangi kemampuan dari bufelone ke arah Cox-2, tetapi oktilglukosida tidak mempunyai efek yang mendorong ke arah hipotesis dari monomer Tween yang menginduksi beberapa kesatuan molekul derbufelone. Kerja yang dilakukan menunjukkan bahwa yang berpotensi sebagai inhibitor Coxs untuk memurnikan Cox-1 dan Cox-2 dipengaruhi oleh kehadiran deterjen yang tidak mempunyai ion genapol. Banyak inhibitor yang menjadi lebih potensial sehingga pergeseran dihubungkan dengan perubahan hasil kurva dan beberapa perubahan dari kebergantungan waktu. Subset yang lain lebih banyak mengandung inhibitor hidrofobik yang kemampuannya menjadi berkurang dengan kehadiran genapol.
Mekanisme deterjen seperti genapol dapat meningkatkan potensi inhibitor dan mengubah bentuk kurva, hal ini bergantung pada mekanisme penghambatan Coxs oleh masing-masing penghambat. NSAIDs ibuprofen dan asam flufenamat telah diuraikan menjadi kompetitor yang sederhana. Selain itu, indometasin dan flurbiprofen adalah kebergantungan waktu inhibitor non-kovalen, konsisten dengan dua tahap dari mekanisme inhibisi enzim termasuk kecepatan interaksi reversibel dengan enzim yang diikuti oleh pembentukan yang lambat dari suatu ikatan kompleks yang kuat. Tingkatan inhibitor ini umumnya sangat lambat dibandingkan dengan tingkatan perputaran inaktivasi enzim. Inhibitor ini efekif irreversibel dan non-kompetitif. Cox-2 merupakan inhibitor yang selektif, contohnya rofekoksib, selekoksib, DuP-697, dan NS-398 bertindak di dalam kebergantungn waktu menuju Cox-1, sedangkan inhibitor yang tidak selektif menunjukkan mekanisme penghambatan yang sama menuju kedua isoforms.
Genapol digunakan sebagai surfaktan pada penguujian fluorometri enzim Cox sebab genapol tidak bertentangan dengan panjang gelombang yang digunakan. Penelitian ini menggunakan beberapa NSAIDs antara lain ibuprofen, ketoprofen, biaril A, biaril B, asam nuflemat, dan asam flufenamat. Berikut adalah beberapa struktur NSAIDs yang digunakan
Gambar 1 Struktur NSAIDs dari biaril A, biaril B, tioflosulida, dan profen A
Preinkubasi dilakukan selama 15 menit. Sebelum reaksi inisiasi berlangsung, Cox-2 murni 20 nM ditambahkan pada 100 µM asam arakidonat. Waktu yang dibutuhkan untuk reaksi terasebut adalah 36 detik, reaksi aktivitas Cox murni menurun dengan cepat dan memiliki waktu paruh 40 detik. Sejumlah Cox diuji dan nilai IC50 dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dari uji enzim Cox-2 lainnya. Sejumlah inhibitor banyak mengandung lipatan yang lebih kuat pada uji TMPD daripada uji serupa pada isolasi enzim. Uji TMPD diulangi dengan cara yang sama tetapi tanpa deterjen maka terdapat perbedaan di antara keduanya. Nilai IC50 merupakan hasil perbandingan antara IC50 tanpa deterjen dan IC50 dengan deterjen, nilai yang didapatkan berkisar dari >1900 untuk ibuprofen dan 0,03 untuk biaril A. Konsentrasi Cox-2 yang diperoleh dengan adanya genapol pada nimesulida dan flurbiprofen diperkirakan 20 nM.
Gambar 2 Hasil IC50 NSAIDs dengan genapol dan tanpa genapol
Semakin tinggi nilai IC50 maka potensi penghambatan yang terjadi pada NSAIDs semakin rendah. Daya hambat maksimum diperoleh ketika diperoleh nilai IC50 kecil yaitu pada NSAIDs jenis biaril A maupun biaril B. Nilai IC50 menggambarkan kemampuan suatu inhibitor untuk menghambat substrat sebanyak 50%. Senyawa NSAIDs yang digunakan juga diuji secara dua tahap, yaitu uji TMPD dan uji arakhidonat. Hasil yang diperoleh berupa grafik yang bentuknya menyerupai kurva titrasi. Efek genapol tidak terbatas pada potensi inhibitor saja. Saat tidak adanya deterjen maka kurva titrasi yang mencakup sejumlah campuran ibuprofen, ketoprofen, atau karprofen, nimesulida, dan tioflosulida menjadi suatu bifasik yang menunjukkan konsentrasi inhibitor antara 20- 80%. Konsentrasi inhibitor yang sangat tinggi (30-100 µM) akan memberikan daya hambat yang tinggi.
Senyawa NSAIDs dititrasi dengan genapol 2 mM dan memberikan bentuk kurva sigmoid normal dengan penghambatan maksimal yang hampir mencapai 100%. Beberapa peningkatan inhibitor dengan genapol dihasilkan penurunan yang besar pada nilai IC50 yaitu ibuprofen sedangkan flurbiprofen dan karprofen mengalami peningkatan sekitar 60-100%. Pengujian ibuprofen 1-100 µM dengan TMPD memberikan penghambatan inhibitor dengan hasil 80 dan 60%.
Gambar 3 Hasil uji TMPD (kiri) dan uji arakhidonat (kanan) pada Cox-2 dengan inhibitor ibuprofen dan ketoprofen
NSAIDs lain juga diamati misalnya naproksen, nimesulida, piroksisam dan tioflosulida, namun hasilnya kurang kuat daripada dengan genapol, seperti biaryl A. Bentuk kurva biaril A adalah sigmoid untuk kedua jenis uji (TMPD dan arakhidonat). Kehadiran genapol di dalam uji TMPD Cox-2 juga tidak signifikan mengubah potensi inhibitor Cox-2 selektif pada rofecoksib dan etorikoksib. Delapan inhibitor yaitu ibuprofen, asam flufenamat, Dup-697, biaryl A, indometasin, asam meklofenamat, ketoprofen, dan nimesulida juga diuji menggunakan uji Cox-2 TMPD dengan 7 mM Triton X-100 dan 0.8 mM Tween-20. Pengujian inhibitor Cox-2 dilakukan dengan 12 µg/ml fosfatidilkolin. Preinkubasi Cox-2 dengan fosfatidilkolin dilakukan selam 15 menit dengan tidak menyertakan inhibitor sehingga mengakibatkan penurunan aktivitas Cox 87%. Nilai IC50 untuk ibuprofen dan asam flufenamat adalah 0.25 dan 0.3µM secara berturut-turut. Pada kondisi serupa ketika fosfatidilkolin tidak ada dan tidak mengandung deterjen IC50 memberikan hasil nilai-nilai > 100 µM dan 75 µM secara berturut-turut.
Gambar 4 Hasil uji TMPD (kiri) dan uji arakhidonat (kanan) pada Cox-2 dengan inhibitor biaril A
Kehadiran genapol pada uji TMPD mengakibatkan peningkatan potensi IC50 ibuprofen dari > 100 untuk konsentrasi 0.045 µM. Oleh karena itu, perubahan potensi inhibitor Cox-2 tidak terbatas pada genapol, tetapi juga disebabkan oleh deterjen non-ionik lainnya seperti fosfolipid. Hasil IC50 dan kurva sangat serupa dengan hasil menggunakan uji TMPD. Untuk ibuprofen tanpa adanya genapol, pengujian TMPD menunjukkan 20% inhibtor pada konsentrasi antara 0.5 dan 50 µM (IC50 > 100 µM) sedangkan pada uji asam arakhidonat menunjukkan sekitar 55% inhibitor (IC50 sekitar 2 µM) di atas cakupan konsentrasi ini tetapi hanya mencapai 75% panghambat pada 100 µM. Kedua metode pengujian ibuprofen dengan adanya genapol memberikan bentuk kurva sigmoidal normal dan nilai IC50 50-200 nM.
Nilai IC50 yang lebih tinggi dari 200 nM pada pengujian asam arakhidonat yang konsentrasinya lebih tinggi dari 250 nM diperlukan untuk memperoleh hasil sekitar 50% konversi substrat pada reaksi terkendali. Ketoprofen juga menghasilkan kurva bifasik ketika tanpa adanya genapol untuk uji TMPD maupun uji asam arakhidonat Cox-2, menunjukkan nilai inhibitor sekitar 70% dan memberi IC50 0.5 dan 0.35 µM secara berturut-turut. Genapol akan memberikan hasil uji Cox-2 dan memberi kurva sigmoidal normal dengan nilai IC50 sekitar 0.04 dan 0.1 µM secaraberturut-turut. Kurva sigmoidal telah diperoleh dengan menggunakan kedua metode pengujian ketika ada atau tidak adanya genapol untuk biaril A dan indometasin. Nilai IC50 untuk indometasin hampir sama dengan kedua tipe pengujian dengan konsentrasi 0.3 µM dan tidak dibuat oleh deterjen. Biaril A dengan kedua metoda memberikan nilai IC50 yang serupa tetapi potensi penghambat telah berkurang sekitar 10-fold ketika terdapat genapol. Hasil ini menunjukkan bahwa perubahan genapol terinduksi di dalam potensi pengujian dan uji TMPD dengan teliti mencerminkan potensi inhibitor sebagai pengukuran oleh penghambat dari inhibitor produksi PGH2. Bentuk kedua kurva untuk biaril A hampir serupa sehingga dapat dikatakan bahwa biaril A merupakan NSAIDs yang memberikan respon yang bagus.
Hasil Uji TMPD potensi inhibitor pada Cox-1 dengan dan tanpa menggunakan genapol 2 mM dapat dilihat pada gambar 5.
Gambar 5 Hasil pengukuran potensi inhibitor pada Cox-1 dengan uji TMPD dengan dan tanpa genapol 2 mM
Pengujian potensi inhibitor menggunakan metode TMPD dilakukan dengan cara menghitung IC50 dari masing-masing NSAIDs dengan dan tanpa penambahan surfaktan yaitu genapol, dari masing-masing data yang didapat dari IC50 dengan dan tanpa penambahan genapol dicari rasio IC50-nya.
Pada uji ini dapat terlihat senyawa Ibuprofen merupakan senyawa yang memiliki rasio IC50 terbesar, terlihat dari penurunan nilai IC50 yang sangat nyata pada keadaan sebelum penambahan genapol dan setelah penambahan genapol. Nilai IC50 ini menunjukkan besarnya aktivitas inhibisi dari NSAIDs terhadap Cox-1, sehingga semakin besar nilai rasionya maka semakin baik NSAIDs itu dapat menghambat senyawa Cox tersebut, dalam uji TMPD ini senyawa yang memiliki potensi paling baik sebagai inhibitor cox-1 adalah ibuprofen.
Selain ditentukan senyawa inhibitor untuk cox-1, dalam penelitian ini juga dilakukan penentuan senyawa inhibitor bagi cox-2, serta dilakukan pula penentuan pengaruh deterjen terhadap inhibitor cox-2 tersebut. Hasil penentuan senyawa inhibitor ini dan pengaruhnya terhadap penambahan deterjen ini dapat dilihat pada gambar 6.
Gambar 6 Hasil pengukuran potensi inhibitor pada Cox-2 dengan uji TMPD dengan peningkatan konsentrasi genapol
Pada gambar 6 dapat terlihat nilai IC50 pada beberapa senyawa NSAIDs dengan peningkatan penambahan genapol, rentang konsentrasi yang digunakan dalam percobaan ini adalah 0 sampai 8 µM. Pada penentuan ini akan dilihat potensi senyawa NSAIDs ini dalam menginhibisi cox-2 seiring dengan peningkatan konsentrasi genapol. Pada gambar 6 ini dapat dilihat bahwa hampir sebagian besar NSAIDs yang digunakan tidak memberikan nilai IC50 yang memiliki beda yang signifikan dengan seiring bertambahnya konsentrasi genapol. Tetapi pada senyawa ibuprofen, asam flufenamat, dan asam niflumat memberikan perubahan nilai IC50 yang signifikan dari penambahan genapol 0 hingga 0,25 µM, tetapi nilainya tidak terlalu berbeda nyata saat penambahan genapol 0,5 hingga 8 µM. hal ini disebabkan karena genapol bekerja afektif pada 0 hingga 0,25 µM sesuai dengan nilai konsentrasi misel kritisnya (cmc) yaitu sebesar 0,15 µM, sehingga saat konsentrasi genapol berada di atas konsentrasi misel kritisnya genapol akan memberikan efek yang tidak terlalu signifikan. Pada senyawa Dup-697, biaril A, dan biaril B tidak menunjukkan efek apapun pada konsentrasi genapol 0.1 mM. Pada konsentrasi genapol di atas 0.25 mM nilai IC50 untuk masing-masing inhibitor meningkat dengan tidak signifikan terhadap konsentrasi genapol.
Konsentrasi surfaktan di dalam campuran pada pengujian akhir, adalah 8 µM Triton X-100 untuk Cox-1 dan 0.3 mM oktilglukosida untuk Cox-2. Konsentrasi misel ktitik campuran dua deterjen mendekati nilai dua cmc yang lebih rendah dari deterjen yang tidak bercampur. Nilai cmc Triton X-100 dan oktilglukosida lebih besar dari genapol sehingga misel campuran akan memiliki nilai cmc yang hamper sama dengan genapol. Pada gambar 7 disebutkan surfaktan-surfaktan yang dipakai serta nilai konsentrasi misel kritisnya.
Gambar 7 Surfaktan yang digunakan beserta nilai cmc-nya
Waktu kebergantungan penghambatan Cox-2 oleh ketoprofen, indometasin, dan biaril A diteliti secara lebih detail. Masing-masing penghambat dilakukan preinkubasi dengan Cox-2 selama 0-15 menit sebelum berlangsung reaksi inisiasi oleh substrat. Aktivitas Cox-2 ketika ada penghambat masing-masing maka akan berkurang pada orde pertama, walaupun pada ketoprofen ketika tanpa genapol akan mengalami kerusakan dengan jelas dan aktivitas nonzero sisa diamati. Pada gambar 8 dapat diamati Laju reaksi aktivitas Cox-2 pada ketoprofen dan biaril A tanpa dan dengan genapol 2 mM.
Gambar 8 Laju reaksi aktivitas Cox-2 pada ketoprofen dan biaril A tanpa dan dengan genapol 2 mM.
Pada gambar 8 dapat diamati laju reaksi dari biaril A dan ketoprofen, pada gambar sebelah kiri reaksi berjalan tanpa adanya genapol, dan sebelah kanan reaksi berjalan dengan menggunakan genapol. Kurva sebelah kanan untuk ketoprofen dan biaril A tanpa genapol menunjukkan laju reaksi yang cukup besar dibandingkan dengan kurva sebelah kiri yang terdapat campuran dalam genapol. Hal ini menunjukkan saat laju reaksi masih tinggi, berarti masih terdapat senyawa cox-2 dalam campuran tersebut, yang seiring berjalannya waktu inkubasi cox-2 tersebut akan hilang. Kurva sebelah kanan yang merupakan campuran dengan keberadaan genapol menunjukkan bahwa waktu reaksi semakin berkurang dengan waktu yang sedikit, hal ini menunjukkan bahwa cox-2 yang berada dalam campuran tersebut habis bereaksi dalam waktu yang cepat. Jika dibandingkan antara biaril A dengan ketoprofen, yang memiliki tingkat inhibisi terhadap cox-2 lebih baik adalah biaril A,. Hal ini dapat terlihat dari laju reaksi yang terjadi pada biaril A dapat menurun secara signifikan dalam waktu yang sedikit.
Studi terakhir menunjukkan bahwa pengikatan biaril heterosiklik Cox-2-selektif yang menghambat SC-299 dengan Cox-2 terjadi melalui tiga langkah. Percobaan fluorescens dengan SC-299 adalah konsisten dengan dua langkah yang secara relatif cepat mencapai keseimbangan untuk Cox-1. Dengan cara yang sama dua langkah dengan cepat interaksi Cox-2 dapat dibalik dengan Cox-1-selektif inhibitor SC-560 juga diamati. Hasil ini menyatakan bahwa kelihatannya dapat dibalik dengan cepat, kebergantungan waktu inhibitor Cox juga mengikat lewat dua mekanisme bergantung pada nilai mutlak tingkat tarif yang tetap untuk langkah keseimbangan yang kedua, waktu ketergantungan boleh atau tidak mungkin secara eksperimen tampak. Suatu model matematika dari dua mekanisme penghambatan menunjukan bahwa konsentrasi inhibitor dan waktu preinkubasi, dan presentase enzim didefinisikan dengan [ k2/(k2+ k-2)] x 100. Untuk inhibitor dengan laju (k-2), lebih signifikan dibandingkan dengan laju k2, aktiivitas Cox mendekati nilai non zero bahkan setelah waktu preinkubasi. Hasil ini akan menunjukan bentuk kurva yang maksimal kurang dari 100% penghambatan pada konsentrasi inhibitor yang tinggi.
Pada konsentrasi inhibitor yang sangat tinggi peningkatan lebih lanjut pada penghambatan diamati untuk ibuprofen dan ketoprofen ketika ada genapol boleh jadi mencerminkan adanya tambahan penghambatan kompetitif. Deterjen mengubah bentuk kurva titrasi sehingga menghasilkan suatu peningkatan antara persentase inhibitor. Oleh karena itu, dapat dijelaskan oleh perubahan nilai relatif k2 dan k-2 untuk langkah kedua pada pengikatan penghambat. Genapol menyebabkan peningkatan 13-fold pada nilai k2 dan plot aktivitas Cox vs waktu ke arah suatu asimut dekat dengan aktivitas nol. Pengubahan k2 atau k-2 juga mengakibatkan peningkatan potensi penghambat secara keseluruhan untuk pemisahan tetap (KD*). Gambar 9 menunjukkan tetapan laju pada penghambatan Cox-2 dengan ketoprofen, indometasin, dan biaryl A
Gambar 9 Tetapan laju pada penghambatan Cox-2 dengan ketoprofen, indometasin, dan biaryl A
Pada gambar 9 dibandingkan tetapan laju antara ketoprofen, indometasin, dan biaril A dengan dan tanpa penambahan genapol. Pada data ini dapat terlihat bahwa pada biaril A dan indometasin terjadi peningkatan laju reaksi yang signifikan pada penambahan genapol dan tanpa penambahan genapol. Semakin besar tetapan lajunya, maka semain cepat laju reaksi yang terjadi dan inhibisi yang terjadi semakin efektif, pada data ini yang palin baik adalah biaril A dengan penambahan genapol.
SIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa sensitifitas penghambat COXs (siklo-oksigenase) dikenal sangat bergantung pada kondisi-kondisi pengujian, kepekaan penghambat dari pemurnian Cox-1 ditentukan dengan uji kolorimetrik yaitu menggunakan bahan pereduksi N,N,N’,N’-tetrametil-p-fenildiamina. Selain itu penambahan deterjen pada kerja NSAIDs berpengaruh positif dalam peningkatan inhibisi senyawa isoform cox. Penambahan deterjen pada senyawa NSAIDs berakibat meningkatnya potensi inhibitor pada senyawa NSAIDs terhadap senyawa isoform cox. Senyawa inhibitor selektif untuk cox-1 adalah ibuprofen, sedangkan pada cox-2 adalah biaril A.
Senyawa deterjen akan memberikan respon positif secara maksimum pada titik konsentrasi misel kritisnya, dan pemilihan deterjen yang baik yaitu deterjen yang memiliki konsentrasi misel kritis yang rendah sehingga aman digunakan pada manusia. Deterjen yang palin efektif digunakan adalah genapol X-100/
DAFTAR PUSTAKA
Saqib A, Karigar C. 2009. Cyclooxygenase isoform in healt and disease. J Pharmacology 7: 1.
Ouellet M, Falgueyret JP, Percival D. 2004. Detergent profoundly affect inhibitor potencies against both cyclo-oxygenase isoforms. J Biochem 377: 675-684.

Sabtu, 29 September 2012

Start Write Again

Setelah sekian lama, akhirnya gw mulai kembali menulis blog yang udah ga karuan bentuknya... hmmmmm  sebenernya gw ga terlalu suka menulis banyak, tapi sekali sekali suka juga sih... *ga konsisten

Oke mungkin gw akan menceritakan sedikit tentang kerjaan gw... kerjaan gw sekarang adalah ngurusin orang nikah alias Wedding Organizer, sambil-sambil belajar dan prepare buat nikahan gw nanti hehe...
Nama Wedding Organizer tempat gw kerja namanya The rainbow Organizer 
Dari pekerjaan ini gw banyak belajar tentang manajemen sebuah perusahaan jasa (karna gw terlibat di manajemennya), belajar tentang kebudayaan, kepusingan orang dalam mempersiapkan pernikahan mereka, vendor2 yang terlibat dalam acara tersebut dll.

Menurut gw yang paling seru adalah saat meeting2 untuk penentuan konsep dan vendor karna disitu kita bisa menumpahkan pikiran kreatif kita untuk merealisasikan keinginan si klien untuk pernikahannya...

Kerjaan ini menyenangkan walaupun pusing juga siih hehehe... ini gw kasih beberapa foto tentang pekerjaan gw...


yuuph itu sekilas tentang pekerjaan gw, a lot of fun.....
for next posting kita bakal ngebahas tentang prosesi-prosesi adat yang biasa digunakan pada pernikahan...


thaanks.....

Jumat, 19 Agustus 2011

POLYLACTIC ACID (PLA)

Nama   : Soko Andhika P.
NRP    : G44062256
 
Polylactic acid (PLA) atau poli asam laktat merupakan salah satu jenis poliester alifatik, yang diperoleh dari asam laktat dari sumber yang terbarukan seperti gula, pati-patian, selulosa dan gliserin sisa biodiesel. Jenis polimer ini mempunyai potensi untuk dapat berkembang pada saat ini. Sifat mekanik, barier, fisik, dan kimia mempunyai kombinasi cocok untuk digunakan sebagai bahan sekali pakai atau sebagai pengemas makanan. PLA diharapkan dapat menggantikan plastik konvensional karena mempunyai emisi gas CO2 lebih rendah sehingga mengurangi pemanasan global. PLA sering dicampur dengan pati-patian untuk menambah sifat biodegradable dan menurunkan harga. Namun campuran ini menjadi mudah pecah, untuk itu ditambahkan plastisiser seperti gliserin, atau sorbitol agar lebih lentur. Selain itu dapat pula dilakukan pencampuran dengan poliester degradable untuk menggantikan plastisiser.

Poli asam laktat merupakan suatu polimer dari asam laktat. Asam laktat atau asam 2-hydroksipropanoat, juga dikenal dengan asam susu, merupakan bahan kimia yang diperoleh dari proses kimia. Bahan ini ditemukan oleh Carl Wilhem Scheele, tahun 1780, merupakan asam karboksilat dengan formula kimia C3H6O3, mempunyai hidroksil dekat dengan gugus karboksil membentuk Alfa Asam Hidroksi. Jika asam laktat ini dilarutkan dalam larutan air, material ini dapat kehilangan proton dari gugus asam menjadi ion laktat CH3CH(OH)COO-, larut dalam air atau etanol dan bersifat higroskopis.








 





Rumus struktur asam laktat
Dalam skala industri, fermentasi asam laktat diperoleh diantaranya dengan bantuan bakteri lactobacillus sp. Bakteri ini ada dalam mulut manusia, dimana asam yang terbentuk menyebabkan gigi rusak atau dikenal dengan karies. Asam laktat dapat diperoleh dari laktosa atau gula susu dengan bantuan Bacillus acidilact. Karbohidrat non susu seperti jagung, kentang dan molasses dapat dirubah menjadi asam laktat dengan fermentasi mempergunakan Lactobacillus delbueckii atau Lactobacillus bulgaricus. Dua molekul asam laktat dapat di-dehidrasi menjadi laktida merupakan siklis lakton.

Selain dengan menggunakan asam laktat, Poli asam laktat ini juga dapat dibentuk melalui pembentukan laktida (dimer asam laktat) terlebih dahulu, dan diikuti dengan polimerisasi menjadi PLA. Pada polimerisasi PLA dengan asam laktat (secara langsung), asam laktat mengalami polikondensasi menjadi laktida dan selanjutnya dengan katalis terjadi dimerisasi untuk membentuk monomer laktida siklis. Air yang terbentuk harus dipisahkan sebelum dilakukan polomerisasi. PLA dengan berat molekul tinggi dilakukan dengan pembukaan cincin dari laktida menggunakan katalis umumnya SN-oktoat. Untuk skala laboratorium dipergunakan katalis Sn-Cl2, dengan kelebihan tidak memproduksi tambahan air dan diperoleh berbagai berat molekul yang mempermudah penelitian. Reaksi langsung polimerisas kondensasi poli asam laktat adalah sebagai berikut :


 


+ n H2O



Sedangkan polimerisasi PLA melalui pembentukan laktida secara umum dibagi dalam beberapa tahap, yaitu fermentasi bahan baku membentuk asam laktat, dimerisasi asam laktat membentuk laktida dan langkah terakhir berupa polimerisasi laktida membentuk PLA. Dalam proses tersebut ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan yaitu preparasi media fermentasi menggunakan materi organik, fermentasi asam laktat dan pemisahan asam laktat

Media fermentasi dipreparasi menggunakan biomassa yang mengandung sekitar 40-50 %, Media fermentasi diinokulasi dengan bakteri asam laktat pada kondisi anaerobik. Bakteri yang digunakan biasanya berasal di genus laktobacillus. Bakteri yang digunakan biasanya Laktobacillus delbruechi. pH dari media fermentasi di jaga. pH nya 5.0-6,0 menggunakan larutan karbamat atau amonia dan temperaturnya pada 370 K hingga 450 K. Fermentasi dilakukan selama 24-48 jam. Hasil fermentasi selanjutnya diekstraksi menggunakan pelarut organik seperti isoamil alkohol, butanol, sikloheksanon dan metil asetat pada rasio 1:1 hingga 1:5. Ekstrak diambil untuk proses lebih lanjut. Asam laktat yang terkandung dalam ekstra dikontakkan dengan larutan basa seperti amonia atau kaustik soda pada rasio 1:3 hingga 1:10. Penambahan basa ini bertujuan untuk membentuk garam laktat. Garam laktat bersifat polar sehingga mudah dipisahkan dari pengotor yang terdapat pada pelarut organik yang bersifat nonpolar.

Fase aquos mengandung garam asam laktat kemudian direaksikan dengan asam mineral encer. Garam laktat akan terprotonasi kembali dengan adanya asam encer. Proses tersebut menghasilkan asam laktat kembali. Asam laktat bersifat nonpolar dan segera terpisah dari larutan air. Pemisahan kedua fase yang berbeda dapat dilakukan dengan corong pisah. Asam laktat tersebut dilewatkan pada resin kationik untuk menghilangkan ion metal yang mungkin masih ada. Asam laktat yang kemudian dikonversi menjadi laktida pada reaktor dengan penyaluran tekanan dan suhu. Reaksi yang terjadi sebenarnya adalah reaksi esterifikasi. Asam laktat memiliki gugus hidroksil dan karboksil. Kedua gugus ini yang dimanfaatkan dalam pembentukan laktida, Proses selanjutnya adalah polimerisasi laktida membentuk PLA. Polimerisasi dilakukan secara kondensasi dengan pembukaan cincin laktida.
Kelebihan dari PLA ini adalah PLA dapat terdegradasi dengan cara terkompos pada kondisi pembuangan sampah (sanitary land fill) pada suhu 60 - 70 °C atau lebih. Pada tahap pertama PLA terdegradasi melalui proses hidrolisis selama 2 minggu sehingga menjadi komponen terlarut dalam air. Pada tahap kedua dengan bantuan mikroba, terjadi metabolism secara cepat atau pengomposan, menjadi gas CO2, air dan biomassa. Proses biodegradasi akan lebih cepat terjadi diatas suhu gelas transisi PLA 60 - 70 °C, dimana pada suhu tersebut plastik melunak dan memudahkan berinteraksi dengan sekelilingnya. Proses pengomposan sampah organic dengan bantuan mikroba termifilik, biasanya berlangsung pada suhu 70 °C.
Pada umumnya PLA dipergunakan untuk menggantikan bahan yang transparan dengan densitas dan harga tinggi. Bahan plastik yang digantikan dari jenis PET (1.4 g/cc), PVC lentur (1.3 g/cc) dan selofan film. Dibanding PP (0.9 g/cc,) dan HIPS (1.05 g/cc), PLA dapat dikatakan kurang menguntungkan, namun mempunyai kelebihan lain yaitu ramah lingkungan. PP dan HIPS berasal dari minyak bumi dan jika dibakar akan menimbulkan efek pemanasan global.
Kekurangan dari PLA adalah densitas lebih tinggi (1.25 g/cc) disbanding PP dan PS dan mempunyai polaritas yang lebih tinggi sehingga sulit direkatkan dengan PE dan PP yang non polar dalam system film multi lapis. PP mempunyai densitas 0.9 g/cc dan HIPS mempunyai densitas 1.05 g/cc. PLA jugamempunyai ketahanan panas, moisture dan gas barier kurang bagus disbanding PET.

PERANAN UNSUR KLOR DAN SENYAWANYA PADA TUBUH MANUSIA


Pada ilmu kimia anorganik telah dikenal lebih dari seratus unsur (ion). Tetapi dari hasil penelitian, hanya beberapa ion saja yang ada hubungannya dengan metabolisme tubuh.
Ion-ion yang terdapat dalam tubuh dibagi atas dua golongan. Golongan pertama disebut dengan "mayor phisiological ions", yaitu ion-ion yang terdapat dalam tubuh dalam jumlah yang banyak. Termasuk ke dalam golongan ini adalah ion-ion khlorida, fosfat, karbonat, K, Na, Ca dan Mg. Golongan kedua disebut dengan "trace ions", yaitu ion-ion yang terdapat dalam tubuh dalam jumlah yang sedikit. Termasuk ke dalam golongan ini adalah ion-ion Fe, In, Yodium, Cu, Co, Mn, Cr, Se, F dan sulfat. Ion-ion yang termasuk dua golongan inilah yang "esensial" bagi tubuh Disebut demikian karena ion-ion inilah yang dijumpai mempunyai fungsi metabolic yang jelas di dalam tubuh.
Selain itu ada lagi beberapa ion yang termasuk trace ions yang terdapat dalam tubuh tetapi tidak esensiel bagi tubuh. Ini disebabkan fungsi metaboliknya tidak jelas dan terdapatnya di dalam tubuh pun dalam keadaan isidentil. Termasuk di dalam ini antara lain ion-ion Cd, Li, Ni, V, Ag, Au, Al, As, Sr, Pb, Rb, Si, Ti dan B.
Berdasarkan kebutuhannya di dalam tubuh, mineral dapat digolongkan menjadi 2 kelompok utama yaitu mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro adalah mineral yang menyusun hampir 1% dari total berat badan manusia dan dibutuhkan dengan jumlah lebih dari 1000 mg/hari, sedangkan mineral mikro (Trace) merupakan mineral yang dibutuhkan dengan jumlah kurang dari 100 mg /hari dan menyusun lebih kurang dari 0.01% dari total berat badan. Mineral yang termasuk di dalam kategori mineral makro utama adalah kalsium (Ca), fosfor (P), magnesium (Mg), sulfur (S), kalium (K), klorida (Cl), dan natrium (Na). Sedangkan mineral mikro terdiri dari kromium (Cr), tembaga (Cu), fluoride (F), yodium (I) , besi (Fe), mangan (Mn), silisium (Si) dan seng (Zn). Dalam komposisi air keringat, tiga mineral utama yaitu natrium, kalium & klorida merupakan mineral dengan konsentrasi terbesar yang terdapat di dalamnya.
Natrium dan klorida merupakan mineral dengan konsentrasi tertinggi yang terbawa keluar tubuh melalui kelenjar keringat (sweat glands). Kontrol kualitas dilakukan dengan menganalisis kadar klorida dalam sampel yang mengandung klorida. Konsentrasi klorida darah biasanya sejalan dengan konsentrasi natrium darah dan bikarbonat terlibat pada gangguan keseimbangan asam basa.
Klor (berasal dari bahasa Yunani Chloros, yang berarti “hijau pucat”), adalah unsur kimia dengan nomor atom 17 dan simbol Cl. Termasuk dalam golongan halogen. Sebagai ion klorida , yang merupakan garam dan senyawa lain, secara normal ia banyak dan sangat diperlukan dalam banyak bentuk kehidupan, termasuk manusia. Dalam wujud gas, klor berwarna kuning kehijauan, baunya sangat menyesakkan dan sangat beracun. Dalam bentuk cair dan padat, merupakan agen pengoksidasi, pelunturan yang sangat efektif.
Ciri-ciri utama unsur klor merupakan unsur murni, mempunyai keadaan fisik berbentuk gas berwarna kuning kehijauan, Cl2. Klor adalah gas kuning kehijauan yang dapat bergabung dengan hampir seluruh unsur lain karena merupakan unsur bukan logam yang sangat elektronegatif. Klor memiliki beberapa bilangan oksidasi, yaitu -1, 0, +1, +3, +5, +7. Pada 10°C, satu liter air dapat melarutkan 3.10 liter klor dan pada 30°C hanya 1.77 liter. Digunakan (dalam bentuk asam hipoklorit) untuk membunuh bakteri dan mikroba-mikroba.
Semula, klor hanya dijumpai dalam bentuk ion klorida. Klorida membentuk kebanyakan garam zat terlarut dalam lautan kira-kira 1.9% air laut adalah ion klorida. Larutan klorida dengan kepekatan lebih tinggi dijumpai di Laut Mati dan air garam bawah tanah.
Kebanyakan klorida larut dalam air, oleh karena itu klorida padat biasanya hanya ditemui di kawasan beriklim kering, atau bawah tanah. Mineral klorida biasa termasukl halit (natrium klorida), sylvite (kalium klorida), dan karnalit (kalium magnesium klorida heksahidrat). Klorida adalah salah satu ion yang penting bagi tubuh karena merupakan anion yang paling berperan dalam mempertahankan keseimbangan elektrolit.
Klor digunakan tubuh kita untuk membentuk HCl atau asam klorida pada lambung. HCl memiliki kegunaan membunuh kuman bibit penyakit dalam lambung dan juga mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin. Klor juga dapat membahayakan sistem pernafasan terutama bagi anak-anak dan orang dewasa. Dalam wujud gas, klor merusak membran mukus dan dalam wujud cair dapat menghancurkan kulit.
Tingkat klorida sering naik turun bersama dengan tingkat natrium. Ini karena natrium klorida, atau garam, adalah bagian utama dalam darah. Keseimbangan asam-basa dalam serum darah harus terjaga agar setiap organ tubuh bisa menjalankan tugasnya. Jika derajat keasaman (pH) tidak seimbang, misalnya terlalu asam atau terlalu basa, mineral tertentu akan mudah mengendap. Ini bisa mengakibatkan pembentukan batu ginjal, endapan asam urat pada persendian, dan lain-lain.Darah mengandung 0,9 persen NaCI. Manusia memerlukan sekitar 200-500 mg natrium setiap hari untuk menjaga kadar garam dalam darah agar tetap normal, sehingga tubuh tetap sehat. Natrium juga penting untuk fungsi otot dan syaraf.
Klorida adalah salah satu ion yang penting bagi tubuh karena merupakan anion yang paling berperan dalam mempertahankan keseimbangan elektrolit. Klor dalam tubuh digunakan untuk membentuk Asam Klorida (HCl) untuk membunuh bakteri dan kuman yang masuk ke dalam tubuh bersama makanan. Darah mengandung 0,9 persen Natrium Klorida. Kekurangan ion Natrium Klorida mengakibatkan gangguan kesehatan. Kelebihan garam Natrium Klorida juga dapat berakibat buruk bagi kesehatan. Manusia memerlukan sekitar 200-500 mg natrium setiap hari untuk menjaga kadar garam dalam darah agar tetap normal.